Basi. Iya aku tahu tulisan aku basi. Sudah banyak yang membahas bahwa ternyata drama korea (drakor) isinya engga gitu-gitu aja. Tapi mohon maaf, ini penemuan baru buatku. Aku juga di sini masih sibuk menjelajah serial apa lagi yang bisa aku tonton. Barangkali, dengan aku membuat tulisan ini, ada hardcore fans drakor di luar sana yang berbaik hati ingin memberi aku referensi drama apa yang baiknya aku tonton setelah ini (pretty please…?).
Jujur, dulu aku risih dengan drakor. Bukan apa-apa, tapi mungkin aku salah nonton dan salah pergaulan saja. Yang aku tahu, drakor kebanyakan isinya cerita-cerita romantis. Mau itu film, drama, atau novel, aku kurang tertarik dengan genre percintaan. Belum lagi, aku menemukan banyaknya trope drama percintaan antara si kaya raya pewaris chaebol dan si sangat miskin, yang terasa terlalu tak realistis bagiku. Selain itu, orang ketiga super sempurna juga kerap mengganggu… Kalau orangnya baik, kenapa tidak sama dia saja? Atau, kenapa di dunia ini ada orang sejahat itu?
Bukan berarti aku anti Korea-Koreaan. Kalau musik, jujur tidak terlalu cocok masuk telingaku. Tetapi, aku tiap minggu nonton Running Man dan 1 Night 2 Days (walaupun kalau ada bintang tamu muncul, aku tidak bisa ikut heboh karena aku tidak tahu mereka siapa). Beberapa film favoritku sepanjang masa juga kebetulan film Korea. Aku penggemar berat Revenge Trilogy (Sympathy for Mr. Vengeance, Oldboy, dan Lady Vengeance) besutan Park Chan-wook. Aku juga suka mengikuti webtoon-webtoon josei (komik untuk demografi perempuan dewasa) yang menurutku jauh lebih masuk akal dibandingkan manga josei Jepang.
Tulisan ini merupakan catatan pribadi mengenai serial-serial yang sudah aku tonton. Begitu menyelami drakor, aku menyadari kedekatan budaya menjadikan serial-serial dari negeri ginseng ini terasa bersinggungan dengan kehidupan sehari-hariku. Selain itu, tulisan ini juga dibuat sebagai permintaan maaf bagi para penggemar drakor di luar sana, bahwa aku dulu sempat memandang remeh serial-serial kesukaan mereka.
Barangkali ada teman-teman yang sama denganku, tidak terbiasa dengan drakor namun penasaran tapi bingung mau mulai dari mana, berikut adalah beberapa judul film yang kuanggap realistis dan mengantarkanku sebagai newbie di dunia per-drakor-an ini. Namun daripada disebut list, aku lebih suka menyebutkannya sebagai jurnal dalam menemukan drakor yang pas untukku, dan karenanya disusun berdasarkan timeline-ku menontonnya.
1. Reply 1988/Answer Me 1988
Layaknya jutaan orang di luar sana, perjalananku dengan drakor dimulai dengan Reply 1988. Suatu siang di tahun 2016, temanku Ana mencolekku waktu aku tengah cekikikan nonton Running Man di sebuah coffee shop langgananku. kantorku
“Udah nonton Reply 1988?”
“Apa itu? Kaya Running Man?”
“Bukan, drakor.”
“Aduh… Maaf, Ana. Gue ga suka drakor…”
“Ini beda dari drakor yang lain. Bagus banget. Beneran deh. Gue ada filenya. Gue copy-in, yah?”
Karena aku anaknya ga enakan, apalagi setelah melihat binar-binar di mata Ana, kuiyakan saja biar cepat. Tapi rupanya tidak berhenti sampai situ. Ana masih duduk diam menatapku, berharap aku segera memulai episode 1. Oke, kuputar videonya. Rupanya, episode 1 lekas berganti dengan episode 2 dan seterusnya. Tiba-tiba saja, aku tidak bisa berhenti menonton.
Barangkali ada yang belum tahu ceritanya, premis awal serial Reply ini mirip dengan How I Met Your Mother: main tebak-tebakan siapa yang nantinya akan jadi suami sang pemeran utama, yang menjadi narator dari serial ini. Cerita ini berkisah tentang Sung Duk-seon yang hidup di rumah semi-basement dengan ayah, ibu, kakak perempuan, dan adik laki-lakinya. Duk-seon menjadi satu-satunya perempuan dari empat teman sepantarannya yang besar bersama di wilayah Ssangmun-dong, Seoul: Jung-Hwan yang kaku dan sarkastik, Sun-woo yang pelajar berprestasi, Dong-ryong yang kocak namun bijaksana, dan Taek yang seorang prodigy Go. Yang menarik dari serial ini adalah bagaimana ia tidak banyak berfokus pada aspek percintaan tokoh utama, namun lebih banyak mengeksplorasi kehidupan keluarga dan antar tetangga di wilayah tersebut.
Ketika aku selesai menonton Reply 1988, aku terbangun tengah malam dan sesenggukan sampai pagi. Aku yang hidup berpindah dan tak punya kawan kecil ini terbawa suasana dan merasa merindukan tetangga-tetanggaku di Ssangmun-dong. Mau apa hidupku habis ini? Haha. Beneran, aku ga bohong.
2. Because This is My First Life
Sayangnya, Reply 1988 tidak cukup untuk membuatku menyukai drakor. Aku mencoba menonton beberapa episode Reply 1997 dan Reply 1994 dan ternyata kurang cocok dengan seleraku. Jadi, kupikir, Reply 1988 memang one of a kind. Sejak itu, aku tidak pernah menyentuh drakor lagi.
Sampai akhirnya di tahun 2019, kakakku yang memang penggemar berat drakor memaksaku untuk menonton Because This is My First Life. Tentu saja aku malas-malasan. Sudah tahu adiknya tidak suka drakor kok masih dipaksa nonton.
Tetapi, itu juga yang menjadi alasanku untuk mencoba peruntunganku dengan drama ini: kakakku tahu aku tidak suka drakor, dan selama ini tidak pernah menyuruhku untuk nonton juga. Jadi pasti ada alasannya lah kalau dia sampe mau mendorong-dorong aku yang kepalanya lebih keras dari batu karang ini. Lagipula, Game of Thrones baru saja tamat dan aku masih haus nonton serial. Banting setirnya memang agak jauh sih.
Ketika aku mencoba menonton, aku tahu kenapa kakakku sampai memaksa begitu. Agaknya, dia mengaitkan pemeran utamanya denganku. Aku, yang seorang penulis lepas berusia 30 tahun yang tidak punya pekerjaan tetap, struggling untuk menyesuaikan diri dengan institusi pernikahan yang tak lagi bebas, menanggung beban ekspektasi orang tua dan kerap memberontak dengan memilih jalan yang mengecewakan mereka, serta merasa hilang arah dan tak punya jati diri.
“Writer Yoon Ji-Ho who is failed to become a writer.” Hingga kini, dialog tersebut terus berulang di kepalaku.

Because This is My First Life bercerita tentang seorang penulis skenario bernama Yoon Ji-Ho yang mengadu nasib di Seoul, dan karena berbagai alasan, membutuhkan tempat tinggal dengan uang sewa murah. Sementara itu, Nam Se-Hee adalah seorang desainer IT yang bekerja untuk sebuah perusahaan start-up. Cenderung tertutup, dia memilih menghabiskan uangnya untuk membeli rumah yang membuatnya nyaman. Agar bisa lebih cepat membayar KPR-nya, Se-Hee menyewakan salah satu kamarnya untuk ditinggali tenant. Singkat cerita, Ji-Ho dan Se-Hee yang tadinya asing satu sama lain memutuskan untuk tinggal serumah dan menikah demi kestabilan finansial. Tapi pernikahan bukan cuma sekadar urusan dua orang, namun juga dua keluarga. Perkara resepsi, tradisi, ekspektasi orang tua dan mertua, serta ambisi untuk mengejar mimpi dan perkembangan diri menjadi bumbu dalam cerita ini.
Sejujurnya, banyak klise drakor yang aku hindari dalam serial ini. Selain itu, alur dan dialognya juga berasa lambat. Walaupun begitu, hal-hal klise tersebut tidak menyusutkan minatku untuk menontonnya sampai selesai. Banyak hal-hal yang sangat realistis yang dekat dengan kehidupan sehari-sehari, serta diskusi-diskusi yang patut direnungkan. Drama ini bisa dibilang feel-good sih, tidak ada konflik aneh-aneh atau pelotot-pelototan. Finally, aku juga sangat suka dengan endingnya. Endingnya seperti apa tidak bisa aku jelaskan di sini. Yang jelas, aku berharap suatu hari orang-orang di sekitarku bisa menerima kehidupan model ini.
3. Misaeng/An Incomplete Life
Kelar dengan dua judul di atas, aku memutuskan memberikan kesempatan kedua pada drakor. Mulailah aku menjelajah reddit dan forum-forum lainnya, serta meminta rekomendasi drakor realistis di media sosial. Misaeng adalah judul yang paling sering keluar.

Misaeng mengangkat cerita tentang dinamika dunia perkantoran di sebuah perusahaan perdagangan tekemuka di Seoul. Di antara anak-anak muda cemerlang lulusan universitas ternama yang masuk sebagai anak magang di perusahaan tersebut, ada Jang Geu-rae yang hanya berbekal ijazah setara SMA. Geu-rae adalah bekas pemain Go jenius, yang karena beberapa alasan tidak bisa melanjutkan ke dunia Go professional. Awalnya muncul sebagai underdog yang kerap disindir karena masuk lewat koneksi, Geu-rae bangkit sebagai kuda hitam dalam upaya memenangkan kursi pegawai tetap di kantor tersebut. Drama ini mengeksplor realita kerasnya kehidupan perkantoran di Korea Selatan dan seluk beluk dalam perusahaan perdagangan. Yang paling aku nikmati dari film ini adalah teamwork di divisi Geu-rae bekerja dan interaksinya dengan manajernya.
Aku merasa serial ini amat sangat realistis. Dalam salah satu komentar yang aku baca di reddit, salah satu penontonnya bahkan mengalami secondhand trauma karena mengingatkannya pada kehidupan perkantorannya.
Serial inilah yang membuat aku yakin bahwa aku harus lebih banyak mengubek-ubek drakor. Aku percaya masih banyak gems di luar sana yang belum aku temukan.
4. My Ahjussi

Aku memasukkan ini di nomer 4 karena aku menulis sesuai timeline menonton. Tapi ini drakor favoritku. Sampai hari ini, aku masih sulit untuk move-on dari drama ini.
Kalau ada di antara kamu yang mungkin sedang mengalami depresi, beban berat, sedang tidak semangat… mungkin bisa mencoba nonton drama ini. Bukan. Drama ini bukan drama komedi yang lucu dan ringan, penuh semangat dan petuah untuk membuat kehidupan lebih baik. Bukan.
Sebaliknya, drama ini atmosfernya sangat berat, terutama di paruh pertama cerita. Aku lupa membaca di review mana, tapi seseorang berkomentar bagaimana briliannya tim di belakang drama ini karena bisa mengembangkan mood dan pesan film secara artistik, terutama lewat tata cahaya. Setting di episode-episode awal drama ini banyak digambarkan di malam hari atau di dalam ruangan. Mood yang dimunculkan dari setting tersebut menunjukkan betapa beratnya beban yang tengah dipikul oleh para pemeran utama. Seiring waktu, warna-warna di serial ini akan bertambah terang sesuai dengan perkembangan cerita.
Apa yang aku sukai dari serial ini adalah bagaimana ia mengajari bahwa, “it’s okay to be not okay.” Aku merasa drama ini sangat membantu aku melewati masa-masa gelap dan menyalurkan hal-hal yang tertahan di dada. Aku merasa ikut tumbuh dan berkembang bersama karakter-karakternya.

Drama ini berkisah tentang Lee Ji-An, seorang gadis berusia 20 tahun yang dingin dan praktis, street smart, dan memiliki kehidupan yang keras serta masa lalu yang pahit. Lee Ji-An bekerja sebagai seorang petty employee di sebuah kantor arsitektur dan sipil dengan Park Dong-Hoon sebagai manajernya. Dong-Hoon, 40, adalah seseorang yang terlihat kaku dan pendiam, namun sangat baik kepada orang-orang sekitarnya. Sedikit mengingatkan pada film The Lives of Others, politik kantor membuat Ji-An berakhir memata-matai Dong-Hoon dengan menyadap handphone-nya dan menjadi bersimpati dan jatuh cinta dengannya. Tapi dibandingkan cinta, aku lebih melihat hubungan antara Ji-An dan Dong-Hong merupakan ikatan emosional yang sulit dijelaskan dengan kata-kata sederhana.
Drama ini juga berkutat dengan kisah perselingkuhan istri Dong-Hoon, mengenai lingkungan tempat tinggal mereka, serta pada abang dan adik laki-laki Dong-Hoon yang masing-masing menghadapi masalahnya sendiri di usia yang tidak lagi muda.
5. Prison Playbook/Wise Prison Life

Buat yang mencari drakor slice of life yang ringan tapi dalam, Prison Playbook bisa menjadi pilihan. Drama ini penuh dengan bromance, mengingat settingnya yang memang berada di penjara. Prison Playbook bercerita tentang Kim Je-Hyuk, pitcher andal liga baseball profesional Korea Selatan. Dalam hitungan hari sebelum Je-Hyuk terbang ke AS untuk memulai karir di sana, ia tersandung kasus dan berakhir di penjara. Dakwaannya: excessive self-defence ketika melindungi adiknya yang diserang oleh pemerkosa, yang mengakibatkan orang tersebut terbaring koma.
Drama ini bergenre black comedy dan berkutat dengan kehidupan sehari-hari Je-Hyuk di penjara, serta ikatan yang terbentuk antara para tahanan di sana. Menurutku, terlepas bahwa mereka punya kesalahannya masing-masing hingga berakhir dibui, hampir semua tokoh di serial ini likable. Dunia nyatanya tidak sekadar hitam dan putih saja. Selain itu, lewat Je-Hyuk, serial ini juga mencoba mengajarkan tentang persistensi dan kerja keras.
6. Live

Drama yang satu ini bercerita mengenai beratnya kehidupan polisi patroli di Korea Selatan. Ceritanya berkutat dengan tiga orang anak muda yang baru saja lulus akademi polisi dan bergabung di divisi patroli yang menangani daerah paling rawan kriminal di Seoul. Kasus yang mereka hadapi bervariasi, dari mengurusi orang mabuk, pemerkosaan, pembunuhan berantai, hingga perjudian dan sindikat prostitusi illegal. Cerita ini juga menyentuh aspek humanis seperti ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi, sulitnya ketika dihadapkan pada laporan brutalitas polisi, ikatan emosional yang tebentuk antara rekan kerja, dan lain sebagainya.
Honorable Mentions:
Beberapa drama di bawah ini bukan favorit-ku dan mungkin agak tak realistis, tapi cukup bisa kunikmati sih.
7. Sky Castle
Tentang ambisi orang tua yang tinggal di kompleks mewah para dokter untuk dapat mengirimkan anak-anaknya ke fakultas kedokteran Seoul National University agar dapat mempertahankan tradisi keluarga dan lifestyle mereka.
8. Signal
Serial tentang seorang detektif di masa kini yang menemukan walkie talkie yang menghubungkannya dengan seorang detektif andal di masa lalu, dan saling bekerjasama untuk memecahkan cold cases.
9. Hotel Del Luna
Tentang Hotel bagi arwah penasaran untuk mereka tinggal sambil membantu memecahkan masalah mereka agar mereka bisa menyeberang ke… alam barzah (?)
10. Avenger Club
Komedi agak serius tentang tiga orang perempuan yang sebelumnya tidak saling mengenal, dan bersepakat untuk saling membantu membalaskan dendam masing-masing. Sismance-nya oke sih.
–0–
Mungkin sekian ya karena sudah panjang banget dan aku capek, haha. Aku bahkan bingung (lagi) mau menutup dengan apa. Tapi aku mungkin mau sok-sok bijak saja deh: jangan terlalu membenci sesuatu, hormati preferensi dan kesukaan orang lain. Oke, kayanya tetap kurang sip deh sok-sok bijakku. Akhir kata, please kalau ada penggemar drakor yang bisa bertahan membaca dan mau kasih aku referensi… Aku terima dengan tangan terbuka. ❤


Leave a comment